Rabu, 27 November 2013

Cerdas Beramal


Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Kalau boleh berandai-andai, apa pendapat anda jika anda memiliki usaha di mana-mana kemudian anda setiap hari duduk manis menerima setoran dari keuntungan yang anda miliki dari usaha yang tersebar diberbagai tempat. Siapa yang tidak ingin demikian, duduk manis akan tetapi uang tetap mengalir dari setiap arah. Nah, dalam beramal ternyata bisa terjadi seperti itu. Tidak mengeluarkan banyak tenaga untk beribadah, akan tetapi pahala anda mengalir dari setiap arah sekalipun anda sudah dipanggil oleh Alloh subhanahu wata’ala.

Amalan apakah itu? Yang dengannya seseorang memperoleh aliran pahala yang tak pernah henti sekalipun sudah berada di alam kubur. Seorang muslim yang baik, tentunya ia akan cerdas dalam beramal. Ia tidak menyia-nyiakan amalan yang pahalanya berlipat. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

اذا مات ابم ادم ان قطع عمله الّا ثلاث, صدقة جارية, العلم ينتفع به والولد صالح يدعولة

Jika seseorang wafat, akan terputus amalannya kecuali tiga perkara:
1.     Shodaqoh jariyah
2.     Ilmu yang bermanfaat
3.     Anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR Muslim-Misykat; Abu Dawud, Nasai)

Anak yang sholih
Anak adalah perhiasan, dengannnya orang tua akan mendapatkan ketenangan. Sebagaimana dalam doa-doanya :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ

Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami” (QS.Al Furqon:74).

Akan tetapi betapa banyak orang tua yang kecewa, padahal dilihatnya ketika anaknya  masih balita begitu lucunya kini setelah dewasa menjadi anak yang durhaka sekalipun kehidupan dunianya sukses. Betapa banyak orang tua yang bersungguh-sungguh menjadikan anak-anaknya sukses dunia akan tetapi untuk kesuksesan akhiratnya dilupakan. Ia antarkan ke tempat-tempat privat maupun bimbingan belajar agar lulus sekolah dnegan nilai memuaskan, tapi sungguh sayang tidak diantarkannya anak-anak ke tempat dimana diajarkan baca tulis al qur’an.

Anak yang sholih akan mendatangkan kebaikan bagi orang tuanya, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Dengannya(anak yang sholih) akan senantiasa menghadiahkan pahala kepada orang tuanya dengan tanpa terkurangi pahalanya. 

وان ليس الانسان الّا ممّن سعى

“Dan tidaklah seseorang itui mendapatkan sesuatu yang diusahakannya”(An Najm:  ).
Permasalahannya, seberapa besar orang tua berkeinginan kuat untuk mendidik anaknya menjadi anak yang sholih?

Ilmu yang bermanfaat
Ilmu adalah cahaya, menjadi penerang seseorang dalam kehidupannya. Alloh membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Rosululloh member perumpamaan yang sangat bagus tentang keutamaan orang-orang yang berilmu. Alloh subahanahu wata’ala berfirman:

قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ  يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan  Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)


Adapun ilmu yang bermanfaat rosululloh memberi perumpamaan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ

dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar".(HR. Bukhari)

Orang yang memiliki ilmu dan ilmunya bermanfaat dalam hadits tersebut diumpamakan seperti tanah yang disirami air hujan dan tanahnya bisa menyimpan air dan kemudian menumbuhkan tanaman. Perumpamaan yang sangat bagus sekali, di mana orang yang berilmu tentunya dengan ilmunya ia jadikan dirinya bermanfaat bagi diri dan orang lain. Mengajarkan kebaikan kemudian menunjukkan kepada hidayah kebaikan. Kebaikan dari dakwah ityu sangat besar, salah satunya adalah kita mendapat pahala dari orang yang kita tunjuki tanpa mengurangi pahala orang tersebut.

Akan tetapi, ilmu yang tidak bermanfaat bagaikan tanah yang tidak mampu menampung air dan tanamanpun tidak bisa tumbuh. Demikian adalah sebuah perumpamaan orang yang tidak memiliki ilmu yang manfaat, atau bahkan bisa jadi justru tidak memiliki ilmu, dengannya ia tidak bisa member manfaat bagi diri dan orang lain terlebih menunjukkan kepada jalan hidayah.

Dengan ilmu, yang karenanya seseorang mendapatkan hidayah akan membawa kebaikan besar bagi dirinya. Ia akan senantiasa mendapatkan kucuran pahala dari setiap orang yang telah diberi petunjuk lantaran kerja keras dakwahnya dengan ilmu yang dimilikinya, dan itu akan senantiasa mengalir sekalipun sudah dipanggil oleh Alloh subhanahu wata’ala.
Bersambung isnyaAlloh…




Selasa, 26 November 2013

Meniti Jalan Lurus



 Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Pepatah mengatakan,”banyak jalan menuju Roma”. Dalam urusan aqidah, nampaknya pepetah itu tidak bisa diterapkan, akan tetapi dalam urusan fiqih atau macam-macam amalan yang bisa dilakukan yang nantinya akan mendapatkan surga  pepatah ini berlaku. Sampai-sampai dalam kitab Riyadus shalihin terdapat judul bab yang diberi nama”Banyak Jalan Menuju Kebaikan”. 

Akan tetapi, dalam urusan aqidah, yakni manhaj atau cara beragama kita yakni Islam, hanya satu jalan. Jalan itu lurus tidak berkelok-kelok dan telah jelas rambu-rambunya. Sehingga, siapa saja yang akan melewati jalan tersebut niscaya akan selamat. Jalan tersebut yang jika setiap muslim yang mukmin mau menempuhnya akan mengantarkan pada cara beragama islam yang benar.

قال تعالى " وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله " الأنعام:153)

"Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah engkau semua mengikuti jalan-jalan - yang lain-lain, kerana nanti engkau semua dapat terpisah dari jalan Allah." (al-An'am: 153)

Jalan lurus itu telah banyak memberikan bukti bahwa orang-orang yang pernah menempuhnya selamat sampai tujuan. Akan tetapi sungguh disayangkan, betapa banyak orang sekalipun jalannya mudah, terang, rambu-rambunya jelas, jalan tersebut enggan dilaluinya. Mereka memilih jalan lain sekalipun itu sulit dan bahkan mungkin belum pernah seorangpun melaluinya. Atau, mereka suka tantangan akan tetapi demikan tidak pada tempatnya.

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ اسْتَقِيمُوا فَقَدْ سَبَقْتُمْ سَبْقًا بَعِيدًا فَإِنْ أَخَذْتُمْ يَمِينًا وَشِمَالًا لَقَدْ ضَلَلْتُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا

Dari Khudzaifah berkata, "Wahai ahli alquran, bersikap istiqamahlah kalian, dengan demikian kalian telah menjadi pemenang yang jauh, sebaliknya jika kalian oleng kanan kiri, kalian telah sesat sesesat-sesatnya."(HR.Bukhari)

Saudaraku rahimakumulloh, hendaknya orang yang berakan tentu jika ingin selamat sampai tujuan ia akan memilih jalan lurus bebas hambatan di karenakan jalannya terang dan rambu-rambunya jelas.

Petunjuk rosululloh
Semua orang tau, roasululloh adalah uswatun hasanah(suri tauladan yang baik) akan tetapi tidak sampai pada tingkatan cinta pada hakikatnya. Banyak orang yang mengaku cinta kepada rosululloh akan tetapi cintanya hanya sebatas di bibir saja, hanya sebatas bersenandung lagu cinta untuk rosululloh. Akan tetapi, betapa banyak yang cintanya tidak sampai pada tingkat berkorban untuk beliau, mengikuti apa yang menjadi keinginannya(sunnah-sunnahnya). Malah, bibirnya mengaku cinta akan tetapi hatinya membenci apa yang dicintai rosululloh yakni mengikuti sunnah-sunnahnya, baik aqidah maupun amaliyyahnya.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(al Ahzab:21)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(al Imran : 31)

Telah jelas, Alloh subhanahu wata’ala telah memerintahkan hamba Nya agar mengikuti perintah rosululloh sebagi bukti kecintaannya kepada Alloh subhanahu wata’ala. Dan ayat tersebut banyak kaum muslimin yang tidak menghiraukan seruan Alloh subhanahu wata’ala. kurang jelas apa lagi bahwa jalan lurus itu didapat dengan mengikuti petunjuk rosululloh, tidak dengan jalan-jalan selain itu. 

Kabar gembira bagi mereka yang istiqamah dalam memegang sunnah rosululloh adalah surge dari Alloh subhanahu wata’ala. rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang membangkang aku berarti ia enggan."(HR. Bukhari)

Jejak sahabat rosululloh
Mereka adalh sebaik-baik generasi yang ada. Zaman yang ada pada mereka rodiyallohumulloh adalah satu kondisi yang yang menghadapkan pada mereka satu keadaan di mana al qur’an diturunkan. Mereka faham bagaimana mengamalkan agama Islam ini. Bahkan yang paling menakjubkan di zaman mereka adalah jaminan dari rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam tentang surganya. Adapun kita sama sekali tidak ada satu keteranganpun yang menetapkan bahwa kita telah tetap surganya. Untuk itu sangat pantas generasi mereka adalah generasi yang layak untuk kita tiru cara beragamanya(manhaj) sepeninggal rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ وَكَانُوا يَضْرِبُونَنَا عَلَى الشَّهَادَةِ وَالْعَهْدِ وَنَحْنُ صِغَارٌ

dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) "(HR.Bukhari).

Generasi para sahabat telah terbukti keimanannya. Mereka senantiasa patuh dan tunduk atas apa yang telah diperintahkan rosululloh. Para sahabat senantiasa berhati-hati dalam bertindak, karena ketika beramal atau bahkan berbuat kesalahan langsung mendapat teguran langsung dari rosululloh dan bahkan tidak jarang teguran rosululloh menunggu wahyu dari Alloh subhanahu wata’ala.

Mengikuti generasi sahabat adalah jalan keselamatan. Siapa lagi kalau bukan mereka radiyallohu ‘anhum karena zaman mereka masih menyaksikan kapan dan bagaimana al qur’an diturunkan dan seperti apa mengamalkan al qur’an. Sehingga kecil sekali kemungkinan salah dalam  mengamalkan al qur’an, karena ditafsiri langsung oleh rosululloh.

عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله عنه قال وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة بليغة وجلت منها القلوب وذرفت منها العيون فقلنا يا رسول الله كأنها موعظة مودع فأوصنا قال أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن تأمر عليكم عبد حبشي وأنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح النواجذ بالذال المعجمة الأنياب وقيل الأضراسضؤ      ثسي لاىةم ىة ىة   ى     سس ؤ لالر   غعب ب بغ ربرلا6غامم

Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Rasulullah sholallohu ‘alaihi wasallam pernah memberikan wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi takut kerananya, air matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, seolah-olah itu adalah wejangan seseorang yang terakhir. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kami semua!" Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertaqwa kepada Allah, juga suka mendengarkan dan mentaati -pemerintahan - sekalipun yang memerintah atasmu itu seorang hamba sahaya Habsyi. Kerana sesungguhnya, barangsiapa yang masih hidup  di antara kalian ia akan melihat berbagai macam perselisihan yang banyak. Maka dari itu hendaklah engkau semua berpegang teguh i sunnahku dan sunnah para Khalifah Arrasyidun yang mendapat petunjuk - Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu – (yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya). Jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, kerana sesungguhnya segala sesuatu kebid'ahan itu adalah sesat."
)Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih(.

Saudara/I ku yang semoga Alloh subhanahu wata’ala merahmati kita sekalian, jalan kebenaran itu terang, tidak ada lagi penghalang untuk melewatinya yakni jalannya rosululloh dan apa yang para sahabat rosululloh lalui juga yakni cara berIslam. Para ulama telah meenjelaskan kepada kita melalui kitab-kitab karyanya sehingga kita bisa mempelajari bagaimana rosul dan para sahabatnya beragama Islam baik aqidah dan amaliyyahnya
.
Jika kita telah faham jalan terang tersebut, tanpa perlu fanatik terhadap madzhab atau kelompok tertentu ketika telah nampak bahwa kebenaran itu datang dari rosululloh dan telah pula diamalkan oleh para sahabatnya kita tanpa perlu ragu lagi untuk mengamalkannya. Sebagaimana kaidah yang telah dibuat oleh ulama sebagai berikut:

لو كان خيرا لسبقون اليه

sekiranya itu baik, tentu para sahabat telah lebih dahulu mengamalakannya”.


Saudaraku, kita tidak lebih baik dari rasululloh dan para sahabatnya, sehingga beribadah hanya menurut prasangka diri kita itu baik tanpa ditimbang menurut baik dan buruknya rosululloh dan kemudian apakah itu pernah diamalkan oleh para sahabatnya.

Semoga kita sekalian diberi petunjuk oleh Alloh subhanahu wata’a;a untuk senantiasa meniti jalan lurus itu. Jalan yang dahulunya perna rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam arahkan dan kemudian dilalui oleh para sahabatnya radiyallohu ‘anhum. Kemudian semoga kita sekalian diberi kemudahan untuk senantiasa menuntut ilmu untuk menemukan jalan terang dan lurus itu.

Wallohu a'lam
(Dimuat pula di baitussalam.sch.id)

Senin, 25 November 2013

Pesantren mini al firdaus, ini alasannya...



Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Anak adalah permata bagi orang tuanya, kelucuannya menjadi pelipur lara bagi setiap kesedihannya dan menjadi bunga bagi taman kehidupannya. Apalah daya, anak yang selama ini menjadi kebanggaannya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tidak lagi lucu, akan tetapi setiap kali mengingat pola hidupnya membuat hati pilu. Apa yang terjadi dengannya? Begitu mungkin hati kecilnya bertanya-tanya.

Orang tua mana yang tidak sedih melihat perubahan pada diri anaknya. Kenapa bisa terjadi? Kita tidak bisa mengelak pada kenyaataan yang ada dihadapan kita, derasnya arus perkembangan zaman menjadi salah satu sebab berubahnya pola hidup di antara sekian banyak faktor yang menjadi celah masuknya pengaruh buruk bagi kehidupan anak.

Pesantren mini “al firdaus” ambil bagian dalam rangka mengurangi kemungkinan buruk yang senantiasa mengintai kehidupan seorang anak. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi alasa kuat kenapa harus dibuat “pesantren mini al firdaus”.


1.      Anak tetangga adalah anak kita sendiri
Ketika orang tua menginginkan anak-anaknya shalih, ia tidak begitu saja mengandalkan lingungan keluarganya sendiri, yang harus dipentingkan juga adalah menlhat dengan siapa ia berteman, teman seperti apa yang menyertainya dalam bermain dan apakah teman-temanya aman untuk kehidupan diri dan agamanya.

Karenanya, bagaimana mau membentuk anak yang shalih sementara lingkungan di mana anak-anak bermain tidak sholih?

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.’” (HSR. Bukhari dan Muslim).

Satu hal yang sangatlah beresiko mendidik tanpa melihat kondisi sekitarnya. Katakanlah bahwa, ia mendidik anak-anaknya tanpa peduli dengan siapa anaknya bergaul. Ia kerja keras mendidik anak-anaknya siang dan malam, di sekolahkan di sekolah bagus sekalipun akan tetapi mengabaikan pengaruh luar yakni teman bermainnya sungguh demikian adalah satu hal yang sia-sia usahanya.

2.      Masa depan adalah bagaimana masa sekarang

Segala sesuatu akan terus mengalami pergantian, siang jadi malam dan malam menjadi siang. Begitu juga kehidupan masyarakat aka nada pergantian antara yang tua digantikan yang muda dan begitu pula keadaan akan terus datang silih berganti.

Melihat kondisi mendatang, bisa dilihat bagaimana kondisi yang akan menggantikannya kelak.  Yakni generasi sekarang yang sedang kita saksikan. Apakah kita rela jiak generasi kita akan digantikan oleh generasi yang tidak mengenal agamanya? Atau tidakkah kita menginginkan satu generasi yang mampu merubah peradaban, generasi tangguh yang tegak langkahnya berlandaskan aqidah kokoh, mengenal agamnya dengan benar.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ

Para ulama menjelaskan tentang ayat tersebut, pentingnya bagi kita untuk memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan anak, generasi kita dengan pendidikan yang benar, pendidikan agama Islam yang akan memebekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Betapa banyak para orang tau yang menyesal karena priorotas yang salah dalam mendidik. Perhatiannya secara penuh tercurah dalam menegjar kesuksesan dunia semata tanpa memikirkan kesuksesan akhiratnya. Sehingga di ujung kesuksesannya menjadi orang yang materalistis bahkan hal terburuk adalah menjadikannya lupa pada jasa orang tuanya bahkan kepada Alloh subhanahu wata’ala.

Kita perlu berfikir ulang, hati-hati dalam memikirkan masa depan anak kita. Apakah kita akan mengarahkan anak-anak kita kepada pilihan yang benar apa belum. Apakah kita akan mengarahkan anak kita kepada dienul Islam ataukah tidak, yang mana kita sebagai orang tua bisa member alan kepada Alloh subhanahu wata’ala kelak di hari akhir nantia.
3.      Mengembalikan kejayaan masjid

Jika kita lihat sejarah, bahwasannya rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam pertama kali menginjakkan kakinya di kota Madinah yang dilakukan adalah membangun masjid. Sebuah bangunan yang ketika itu tidak semata untuk sebagai tempat beribadah. Akan tetapi lebih dari itu, masjid adalah tempat segala hal berpusat di dalamnya. Intinya, dimulai dari masjidlah peradaban diraih. Munculnya pribadi-pribadi tangguh para sahabat rosululloh ditarbiyah didalam masjid. 

Sungguh kenyataan saat ini, banyak masjid-masjid dibangun begitu megahnya akan tetapi sepi dari jamaah, minim kegiatan Islam dan bahkan waktu dilaksanakan sholatpun jamaahnya sangatlah sedikit. Dimanakah kaum muslimin yang jumlahnya mayoritas di Indonesia ini? 

 لا تقوم الساعة حتى يتباهى الناس في المساجد

Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7421)

Untuk itulah, tiga alasan tersebut merasa perlu dibuat sebuah pesantren yang berbasis di Masjid bekerja sama dengan warga sekitar. Dan pesantren mini al firdaus mencoba megaplikasikan tiga hal tersebut dalam misinya ke depan inysaAlloh…