Rabu, 27 November 2013

Cerdas Beramal


Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Kalau boleh berandai-andai, apa pendapat anda jika anda memiliki usaha di mana-mana kemudian anda setiap hari duduk manis menerima setoran dari keuntungan yang anda miliki dari usaha yang tersebar diberbagai tempat. Siapa yang tidak ingin demikian, duduk manis akan tetapi uang tetap mengalir dari setiap arah. Nah, dalam beramal ternyata bisa terjadi seperti itu. Tidak mengeluarkan banyak tenaga untk beribadah, akan tetapi pahala anda mengalir dari setiap arah sekalipun anda sudah dipanggil oleh Alloh subhanahu wata’ala.

Amalan apakah itu? Yang dengannya seseorang memperoleh aliran pahala yang tak pernah henti sekalipun sudah berada di alam kubur. Seorang muslim yang baik, tentunya ia akan cerdas dalam beramal. Ia tidak menyia-nyiakan amalan yang pahalanya berlipat. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

اذا مات ابم ادم ان قطع عمله الّا ثلاث, صدقة جارية, العلم ينتفع به والولد صالح يدعولة

Jika seseorang wafat, akan terputus amalannya kecuali tiga perkara:
1.     Shodaqoh jariyah
2.     Ilmu yang bermanfaat
3.     Anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR Muslim-Misykat; Abu Dawud, Nasai)

Anak yang sholih
Anak adalah perhiasan, dengannnya orang tua akan mendapatkan ketenangan. Sebagaimana dalam doa-doanya :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ

Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami” (QS.Al Furqon:74).

Akan tetapi betapa banyak orang tua yang kecewa, padahal dilihatnya ketika anaknya  masih balita begitu lucunya kini setelah dewasa menjadi anak yang durhaka sekalipun kehidupan dunianya sukses. Betapa banyak orang tua yang bersungguh-sungguh menjadikan anak-anaknya sukses dunia akan tetapi untuk kesuksesan akhiratnya dilupakan. Ia antarkan ke tempat-tempat privat maupun bimbingan belajar agar lulus sekolah dnegan nilai memuaskan, tapi sungguh sayang tidak diantarkannya anak-anak ke tempat dimana diajarkan baca tulis al qur’an.

Anak yang sholih akan mendatangkan kebaikan bagi orang tuanya, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Dengannya(anak yang sholih) akan senantiasa menghadiahkan pahala kepada orang tuanya dengan tanpa terkurangi pahalanya. 

وان ليس الانسان الّا ممّن سعى

“Dan tidaklah seseorang itui mendapatkan sesuatu yang diusahakannya”(An Najm:  ).
Permasalahannya, seberapa besar orang tua berkeinginan kuat untuk mendidik anaknya menjadi anak yang sholih?

Ilmu yang bermanfaat
Ilmu adalah cahaya, menjadi penerang seseorang dalam kehidupannya. Alloh membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Rosululloh member perumpamaan yang sangat bagus tentang keutamaan orang-orang yang berilmu. Alloh subahanahu wata’ala berfirman:

قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ  يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan  Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)


Adapun ilmu yang bermanfaat rosululloh memberi perumpamaan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ

dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar".(HR. Bukhari)

Orang yang memiliki ilmu dan ilmunya bermanfaat dalam hadits tersebut diumpamakan seperti tanah yang disirami air hujan dan tanahnya bisa menyimpan air dan kemudian menumbuhkan tanaman. Perumpamaan yang sangat bagus sekali, di mana orang yang berilmu tentunya dengan ilmunya ia jadikan dirinya bermanfaat bagi diri dan orang lain. Mengajarkan kebaikan kemudian menunjukkan kepada hidayah kebaikan. Kebaikan dari dakwah ityu sangat besar, salah satunya adalah kita mendapat pahala dari orang yang kita tunjuki tanpa mengurangi pahala orang tersebut.

Akan tetapi, ilmu yang tidak bermanfaat bagaikan tanah yang tidak mampu menampung air dan tanamanpun tidak bisa tumbuh. Demikian adalah sebuah perumpamaan orang yang tidak memiliki ilmu yang manfaat, atau bahkan bisa jadi justru tidak memiliki ilmu, dengannya ia tidak bisa member manfaat bagi diri dan orang lain terlebih menunjukkan kepada jalan hidayah.

Dengan ilmu, yang karenanya seseorang mendapatkan hidayah akan membawa kebaikan besar bagi dirinya. Ia akan senantiasa mendapatkan kucuran pahala dari setiap orang yang telah diberi petunjuk lantaran kerja keras dakwahnya dengan ilmu yang dimilikinya, dan itu akan senantiasa mengalir sekalipun sudah dipanggil oleh Alloh subhanahu wata’ala.
Bersambung isnyaAlloh…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar