Senin, 25 November 2013

Ssssst, jaga lisanmu...



Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Lidah tak bertulang, demikian kebanyakan orang berkata. Atau, sebuah iklan mengatakan”mulutmu harimaumu”. Kemudian ada juga yang mengatakan” orang kalau terluka karena sayatan pedang seminggu bisa sembuh rasa sakitnya, akan tetapi orang yang sakit karena lidah(ucapan) bisa lama hilangnya.

Betapa islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, sempurna dan paripurna. Sehingga dengan kesempurnaan syariatnya Islam membuat aturan, tata cara ataupun adab seseorang dalam berucap. Baik buruknya ucapan seseorang juga menjadi indikator keimanan sesorang. Mereka yang mengaku beriman kepada Alloh, ia bisa menjaga lisannya.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak baik."  (Muttafaq 'alaih)

Betapa banyak orang yang tidak mau mengontrol lisannya. Ia gunakan untuk hal yang mubah akan tetapi berlebihan. Alngkah baiknya jika lisannya dijadikan sebagai sarana untuk menambah modal untuk mengumpulkan pahala demi menggapai rahmat Alloh. Akan tetapi tidak sadarnya seseorang dari menjaga lisannya, menjerumuskannya kepada jurang kehancuran. Akan banyak jenis dosa-dusa yang muncul akibat tidak bisanya seseorang menjaga lisannya. Di antara dosa yang ditimbulkan oleh lisan yang tidak dijaga adalah ghibah yang kemudian akan mucnul lagi dosa bari seperti hasad, suudzan dan sebaginya.

“…Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.…”(QS. Al-Hujuraat: 12)

Sungguh lisan memang lidah tak bertulang. Karenanya(lisan yang tidak dijaga) memunculkan beragam jenis dosa-dosa baru, na’udzubillah. Kita ketahui bahwa Alloh telah menyediakan balasan bagi orang-orang yang tidak mampu menjaga lisannya. 

Sesungguhnya seorang hamba berkata, (bisa saja) dengan perkataan itu menyebabkannya terperosok ke dalam api neraka, yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sungguh Islam menghendaki seseorang untuk sempurna keislamannya dengan baiknya akhlaq. Salah satu cirri kebaikan akhlas seseorang adalah baiknya apa yang keluar dari lisannya(ucapannya). Sungguh tidak tepat ada orang yang dari sisi ibadahnya baik akan tetapi secara bersamaan ia tidak bisa engendalikan ucapannya. Apa yang keluar dari lisannya menyakiti orang yang didekatnya. Sungguh demikan buaknlah cirri kesempurnaan keislaman seseorang.

Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Di antara tanda-tanda bagusnya keislaman seseorang adalah tindakannya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk dirinya.” (HR. At-Tirmidzi). Ketika ditanya tentang perkara yang lebih banyak memasukkan orang ke dalam neraka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Mulut dan kemaluan.

Mudah-mudahan kita diberikan kemudahan oleh Alloh subhanahu wata’alal untuk member persembahan terbaik yakni beribadah, yang salah satu perantaranya adalah beribadah dengan lisan. Senantiasa kita mengunakan lisan kita untuk berdzikir, membca kalamulloh dan kemudian juga untuk mendakwahi sesame muslim untuk kembali ke jalan Alloh. Jangan sampai, dengan apa yang dikaruniakan Alloh kepada kita lisan yang sempurna justru menjadikan salah satu yang mengantarkan kita ke jurang neraka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang menyelamatkan kehormatan saudaranya, maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)

kita sadar bahwa apa yang keluar dari lisan kita telah ada yang mengawasi yakni malaiktt Alloh. Apa yang kita ucapkan darinya(lisan) baik atau buruk ada dampaknya bagi akhirat nanti. Apakah memperberat timbangan amal kebaikan ataupun menambah berat amalan keburukannya. Untuk itu, sepantasnyalah kita sebagai hamba yang beriman untuk senantiasa  merasa diawasi oleh Alloh subhanahu wata’ala.

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaaf: 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar