Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I
Lidah tak bertulang, demikian
kebanyakan orang berkata. Atau, sebuah iklan mengatakan”mulutmu harimaumu”.
Kemudian ada juga yang mengatakan” orang kalau terluka karena sayatan pedang
seminggu bisa sembuh rasa sakitnya, akan tetapi orang yang sakit karena lidah(ucapan)
bisa lama hilangnya.
Betapa islam adalah agama
rahmatan lil ‘alamin, sempurna dan paripurna. Sehingga dengan kesempurnaan
syariatnya Islam membuat aturan, tata cara ataupun adab seseorang dalam
berucap. Baik buruknya ucapan seseorang juga menjadi indikator keimanan
sesorang. Mereka yang mengaku beriman kepada Alloh, ia bisa menjaga lisannya.
"Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan
kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau
tidak dapat berkata baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata
yang tidak baik." (Muttafaq
'alaih)
Betapa banyak orang yang tidak
mau mengontrol lisannya. Ia gunakan untuk hal yang mubah akan tetapi
berlebihan. Alngkah baiknya jika lisannya dijadikan sebagai sarana untuk
menambah modal untuk mengumpulkan pahala demi menggapai rahmat Alloh. Akan
tetapi tidak sadarnya seseorang dari menjaga lisannya, menjerumuskannya kepada
jurang kehancuran. Akan banyak jenis dosa-dusa yang muncul akibat tidak bisanya
seseorang menjaga lisannya. Di antara dosa yang ditimbulkan oleh lisan yang
tidak dijaga adalah ghibah yang kemudian akan mucnul lagi dosa bari seperti
hasad, suudzan dan sebaginya.
“…Dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.…”(QS.
Al-Hujuraat: 12)
Sungguh lisan memang lidah tak
bertulang. Karenanya(lisan yang tidak dijaga) memunculkan beragam jenis
dosa-dosa baru, na’udzubillah. Kita ketahui bahwa Alloh telah menyediakan
balasan bagi orang-orang yang tidak mampu menjaga lisannya.
“Sesungguhnya seorang hamba
berkata, (bisa saja) dengan perkataan itu menyebabkannya terperosok ke dalam
api neraka, yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Sungguh Islam menghendaki
seseorang untuk sempurna keislamannya dengan baiknya akhlaq. Salah satu cirri
kebaikan akhlas seseorang adalah baiknya apa yang keluar dari
lisannya(ucapannya). Sungguh tidak tepat ada orang yang dari sisi ibadahnya
baik akan tetapi secara bersamaan ia tidak bisa engendalikan ucapannya. Apa
yang keluar dari lisannya menyakiti orang yang didekatnya. Sungguh demikan
buaknlah cirri kesempurnaan keislaman seseorang.
Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Di antara tanda-tanda bagusnya keislaman seseorang adalah
tindakannya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk dirinya.” (HR.
At-Tirmidzi). Ketika ditanya tentang perkara yang lebih banyak memasukkan orang
ke dalam neraka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Mulut dan
kemaluan.
Mudah-mudahan kita diberikan
kemudahan oleh Alloh subhanahu wata’alal untuk member persembahan terbaik yakni
beribadah, yang salah satu perantaranya adalah beribadah dengan lisan.
Senantiasa kita mengunakan lisan kita untuk berdzikir, membca kalamulloh dan
kemudian juga untuk mendakwahi sesame muslim untuk kembali ke jalan Alloh.
Jangan sampai, dengan apa yang dikaruniakan Alloh kepada kita lisan yang
sempurna justru menjadikan salah satu yang mengantarkan kita ke jurang neraka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, “Barang siapa yang menyelamatkan kehormatan saudaranya,
maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.”
(HR. At-Tirmidzi)
kita sadar bahwa apa yang keluar
dari lisan kita telah ada yang mengawasi yakni malaiktt Alloh. Apa yang kita
ucapkan darinya(lisan) baik atau buruk ada dampaknya bagi akhirat nanti. Apakah
memperberat timbangan amal kebaikan ataupun menambah berat amalan keburukannya.
Untuk itu, sepantasnyalah kita sebagai hamba yang beriman untuk senantiasa merasa diawasi oleh Alloh subhanahu wata’ala.
“Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap
(mencatat).” (QS. Qaaf: 18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar