Senin, 25 November 2013

Pesantren mini al firdaus, ini alasannya...



Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

Anak adalah permata bagi orang tuanya, kelucuannya menjadi pelipur lara bagi setiap kesedihannya dan menjadi bunga bagi taman kehidupannya. Apalah daya, anak yang selama ini menjadi kebanggaannya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tidak lagi lucu, akan tetapi setiap kali mengingat pola hidupnya membuat hati pilu. Apa yang terjadi dengannya? Begitu mungkin hati kecilnya bertanya-tanya.

Orang tua mana yang tidak sedih melihat perubahan pada diri anaknya. Kenapa bisa terjadi? Kita tidak bisa mengelak pada kenyaataan yang ada dihadapan kita, derasnya arus perkembangan zaman menjadi salah satu sebab berubahnya pola hidup di antara sekian banyak faktor yang menjadi celah masuknya pengaruh buruk bagi kehidupan anak.

Pesantren mini “al firdaus” ambil bagian dalam rangka mengurangi kemungkinan buruk yang senantiasa mengintai kehidupan seorang anak. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi alasa kuat kenapa harus dibuat “pesantren mini al firdaus”.


1.      Anak tetangga adalah anak kita sendiri
Ketika orang tua menginginkan anak-anaknya shalih, ia tidak begitu saja mengandalkan lingungan keluarganya sendiri, yang harus dipentingkan juga adalah menlhat dengan siapa ia berteman, teman seperti apa yang menyertainya dalam bermain dan apakah teman-temanya aman untuk kehidupan diri dan agamanya.

Karenanya, bagaimana mau membentuk anak yang shalih sementara lingkungan di mana anak-anak bermain tidak sholih?

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.’” (HSR. Bukhari dan Muslim).

Satu hal yang sangatlah beresiko mendidik tanpa melihat kondisi sekitarnya. Katakanlah bahwa, ia mendidik anak-anaknya tanpa peduli dengan siapa anaknya bergaul. Ia kerja keras mendidik anak-anaknya siang dan malam, di sekolahkan di sekolah bagus sekalipun akan tetapi mengabaikan pengaruh luar yakni teman bermainnya sungguh demikian adalah satu hal yang sia-sia usahanya.

2.      Masa depan adalah bagaimana masa sekarang

Segala sesuatu akan terus mengalami pergantian, siang jadi malam dan malam menjadi siang. Begitu juga kehidupan masyarakat aka nada pergantian antara yang tua digantikan yang muda dan begitu pula keadaan akan terus datang silih berganti.

Melihat kondisi mendatang, bisa dilihat bagaimana kondisi yang akan menggantikannya kelak.  Yakni generasi sekarang yang sedang kita saksikan. Apakah kita rela jiak generasi kita akan digantikan oleh generasi yang tidak mengenal agamanya? Atau tidakkah kita menginginkan satu generasi yang mampu merubah peradaban, generasi tangguh yang tegak langkahnya berlandaskan aqidah kokoh, mengenal agamnya dengan benar.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ

Para ulama menjelaskan tentang ayat tersebut, pentingnya bagi kita untuk memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan anak, generasi kita dengan pendidikan yang benar, pendidikan agama Islam yang akan memebekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Betapa banyak para orang tau yang menyesal karena priorotas yang salah dalam mendidik. Perhatiannya secara penuh tercurah dalam menegjar kesuksesan dunia semata tanpa memikirkan kesuksesan akhiratnya. Sehingga di ujung kesuksesannya menjadi orang yang materalistis bahkan hal terburuk adalah menjadikannya lupa pada jasa orang tuanya bahkan kepada Alloh subhanahu wata’ala.

Kita perlu berfikir ulang, hati-hati dalam memikirkan masa depan anak kita. Apakah kita akan mengarahkan anak-anak kita kepada pilihan yang benar apa belum. Apakah kita akan mengarahkan anak kita kepada dienul Islam ataukah tidak, yang mana kita sebagai orang tua bisa member alan kepada Alloh subhanahu wata’ala kelak di hari akhir nantia.
3.      Mengembalikan kejayaan masjid

Jika kita lihat sejarah, bahwasannya rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam pertama kali menginjakkan kakinya di kota Madinah yang dilakukan adalah membangun masjid. Sebuah bangunan yang ketika itu tidak semata untuk sebagai tempat beribadah. Akan tetapi lebih dari itu, masjid adalah tempat segala hal berpusat di dalamnya. Intinya, dimulai dari masjidlah peradaban diraih. Munculnya pribadi-pribadi tangguh para sahabat rosululloh ditarbiyah didalam masjid. 

Sungguh kenyataan saat ini, banyak masjid-masjid dibangun begitu megahnya akan tetapi sepi dari jamaah, minim kegiatan Islam dan bahkan waktu dilaksanakan sholatpun jamaahnya sangatlah sedikit. Dimanakah kaum muslimin yang jumlahnya mayoritas di Indonesia ini? 

 لا تقوم الساعة حتى يتباهى الناس في المساجد

Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7421)

Untuk itulah, tiga alasan tersebut merasa perlu dibuat sebuah pesantren yang berbasis di Masjid bekerja sama dengan warga sekitar. Dan pesantren mini al firdaus mencoba megaplikasikan tiga hal tersebut dalam misinya ke depan inysaAlloh…





Tidak ada komentar:

Posting Komentar