Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I
Anak adalah permata bagi orang tuanya, kelucuannya menjadi
pelipur lara bagi setiap kesedihannya dan menjadi bunga bagi taman
kehidupannya. Apalah daya, anak yang selama ini menjadi kebanggaannya berubah
seratus delapan puluh derajat. Ia tidak lagi lucu, akan tetapi setiap kali
mengingat pola hidupnya membuat hati pilu. Apa yang terjadi dengannya? Begitu
mungkin hati kecilnya bertanya-tanya.
Orang tua mana yang tidak sedih melihat perubahan pada diri
anaknya. Kenapa bisa terjadi? Kita tidak bisa mengelak pada kenyaataan yang ada
dihadapan kita, derasnya arus perkembangan zaman menjadi salah satu sebab
berubahnya pola hidup di antara sekian banyak faktor yang menjadi celah
masuknya pengaruh buruk bagi kehidupan anak.
Pesantren mini “al firdaus” ambil bagian dalam rangka
mengurangi kemungkinan buruk yang senantiasa mengintai kehidupan seorang anak.
Berikut adalah beberapa hal yang menjadi alasa kuat kenapa harus dibuat
“pesantren mini al firdaus”.
1.
Anak tetangga adalah anak kita sendiri
Ketika orang tua menginginkan anak-anaknya shalih, ia tidak
begitu saja mengandalkan lingungan keluarganya sendiri, yang harus dipentingkan
juga adalah menlhat dengan siapa ia berteman, teman seperti apa yang
menyertainya dalam bermain dan apakah teman-temanya aman untuk kehidupan diri
dan agamanya.
Karenanya, bagaimana mau membentuk anak yang shalih sementara
lingkungan di mana anak-anak bermain tidak sholih?
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ
فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Perumpamaan
teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti
pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan
memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau
mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar
pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.’” (HSR. Bukhari dan
Muslim).
Satu hal yang sangatlah beresiko mendidik tanpa melihat
kondisi sekitarnya. Katakanlah bahwa, ia mendidik anak-anaknya tanpa peduli
dengan siapa anaknya bergaul. Ia kerja keras mendidik anak-anaknya siang dan
malam, di sekolahkan di sekolah bagus sekalipun akan tetapi mengabaikan
pengaruh luar yakni teman bermainnya sungguh demikian adalah satu hal yang
sia-sia usahanya.
2.
Masa depan adalah bagaimana masa sekarang
Segala sesuatu akan terus mengalami pergantian, siang jadi
malam dan malam menjadi siang. Begitu juga kehidupan masyarakat aka nada
pergantian antara yang tua digantikan yang muda dan begitu pula keadaan akan
terus datang silih berganti.
Melihat kondisi mendatang, bisa dilihat bagaimana kondisi
yang akan menggantikannya kelak. Yakni
generasi sekarang yang sedang kita saksikan. Apakah kita rela jiak generasi
kita akan digantikan oleh generasi yang tidak mengenal agamanya? Atau tidakkah
kita menginginkan satu generasi yang mampu merubah peradaban, generasi tangguh
yang tegak langkahnya berlandaskan aqidah kokoh, mengenal agamnya dengan benar.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ
شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
Para ulama menjelaskan tentang
ayat tersebut, pentingnya bagi kita untuk memberikan perhatian khusus terhadap
pendidikan anak, generasi kita dengan pendidikan yang benar, pendidikan agama
Islam yang akan memebekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi dunia
dan akhiratnya. Betapa banyak para orang tau yang menyesal karena priorotas
yang salah dalam mendidik. Perhatiannya secara penuh tercurah dalam menegjar
kesuksesan dunia semata tanpa memikirkan kesuksesan akhiratnya. Sehingga di
ujung kesuksesannya menjadi orang yang materalistis bahkan hal terburuk adalah
menjadikannya lupa pada jasa orang tuanya bahkan kepada Alloh subhanahu wata’ala.
Kita perlu berfikir ulang,
hati-hati dalam memikirkan masa depan anak kita. Apakah kita akan mengarahkan
anak-anak kita kepada pilihan yang benar apa belum. Apakah kita akan
mengarahkan anak kita kepada dienul Islam ataukah tidak, yang mana kita sebagai
orang tua bisa member alan kepada Alloh subhanahu wata’ala kelak di hari akhir
nantia.
3.
Mengembalikan kejayaan
masjid
Jika kita lihat sejarah,
bahwasannya rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam pertama kali menginjakkan
kakinya di kota Madinah yang dilakukan adalah membangun masjid. Sebuah bangunan
yang ketika itu tidak semata untuk sebagai tempat beribadah. Akan tetapi lebih
dari itu, masjid adalah tempat segala hal berpusat di dalamnya. Intinya,
dimulai dari masjidlah peradaban diraih. Munculnya pribadi-pribadi tangguh para
sahabat rosululloh ditarbiyah didalam masjid.
Sungguh kenyataan saat ini, banyak
masjid-masjid dibangun begitu megahnya akan tetapi sepi dari jamaah, minim
kegiatan Islam dan bahkan waktu dilaksanakan sholatpun jamaahnya sangatlah
sedikit. Dimanakah kaum muslimin yang jumlahnya mayoritas di Indonesia ini?
لا تقوم الساعة حتى يتباهى الناس في المساجد
“Tidaklah kiamat akan tegak
sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR.
Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Shahih al-Jami’ no. 7421)
Untuk itulah, tiga alasan
tersebut merasa perlu dibuat sebuah pesantren yang berbasis di Masjid bekerja sama dengan warga sekitar. Dan pesantren mini al firdaus mencoba
megaplikasikan tiga hal tersebut dalam misinya ke depan inysaAlloh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar