Rabu, 20 November 2013

Risalah Cinta Seorang Hamba



Oleh : Indra Kurniawan, S.Sos.I


Kita semua tahu, bahwa hakikat diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Alloh subhanahu wata’ala. sebagaimana firman Nya.
وما خلقت الجنّ والانس الّا ليعبدون
“dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainku untuk beribadah”.
Beribadah adalah hak Alloh yang harus dipenuhi seorang hamba. Akan tetapi setan senantiasa menggoda para hamba agar berpaling dari ketaatan. Kalaulah bukan karena cinta,  seorang hamba sangatlah berat menjalankan setiap ketaatan-ketaan, seringan apapun bentuk ketaatan tersbut. Atau sebaliknya, sebarat apapun betuk ketaatan akan  terasa ringan jika dijalankan atas dasar kecintaan. Kita sangat butuh cinta dalam beribadah dan kita sangat tergantung dengan cinta 

kenapa harus cinta, bahwasannya ada tiga pondasi pokok yang harus dimiliki seseorang ketika beribadah yakni, cinta(mahabbah), Rasa takut(khouf) dan berharap(roja’). Dan cinta adalah motor penggerak, salah satu sumber kekuatan yang harus dimiliki oleh setiap hamba. Besar kecilnya cinta yang dimiliki oleh menjadi tolak ukur kuat atau lemahnya seseorang dalam aktifitas ibadahnya.
Para pembaca yang budiman, berbicara cinta bukan semata milik orang yang sedang berpacaran, cerita-cerita dari sinetron dan kisah dalam novel. Lebih besar dari itu, Islam berbicara tentang cinta adalah sesuatu yang sangat penting karena berkaitan dengan permasalahan aqidah. Yang mana aqidah adalah pondasi dasar dalam beragama.

Dengan cinta ibadah seseorang menjadi indah, dengan cinta ibadah menjadi ni’mat dan karena cinta rela mengorbankan jiwa dan hartanya untuk mengabdikan diri kepada Alloh subhanahu wata’ala. Kita semua butuh cinta, lihatlah orang-orang yang tidak memiliki cinta kepada Alloh?Hatinya mati sekalipun jasadnya hidup, tidak tergerak sedikitpun untuk mengabdikan dirinya untuk beribadah. Ia tidak faham hakikat diciptakan dirinya.

Atau ada pula yang mengaku bahwa ia cinta kepada Alloh, akan tetapi tidak sedikitpun hidupnya diisi dengan ketaatan kepada Alloh, berarti cintanya palsu, cintanya hanya sebatas bibir semata tanpa ada bukti. Padahal kita tahu, bahwa cinta itu perlu bukti, cinta butuh konsekwensi dan cinta butuh pengorbanan untuk merealisasikan. Alloh subhanahu wata’ala berfirman.

قل ان كنتم تحبّون الله فا التبعوانى يحببكم الله...
“katakanlah jika kalian cinta kepada Alloh, ikutilah aku(Muhammad) niscaya Alloh akan mencintai kalian”.
Salah satu bukti seorang hamba cinta kepada Alloh adalah mengikuti petunjuk rosululloh dalam beribadah, pantang bagi dirinya beribidah dengan amalan yang tidak ada contohnya dari rosululloh. Betapa banyak orang-orang yang mendendangkan cinta kepada Alloh, akan tetapi secara bersamaan ia beribadah dengan sesuatu yang tidak dituntunkan oleh rosululloh, berarti cintanya palsu, cintanya hanya sebatas nyanyian tanpa ada konsukwensi, betapa lemahnya cintanya.

Orang yang kuat cintanya, adalah orang yang dalam dirinya tumbuh kekuatan dalam beribadah, orang yang sudah siap dengan segala konsekwensi-konsekwensi sebagai orang yang jatuh cinta. Dan oran yang kuat cintanya adalah mereka yang sudah siap lahir batinnya mengikuti keinginan-keinginan siapa yang dicintainya, yakni Alloh subhanahu wata’ala.

Jangan katakan  cinta kalau tidak mau beribadah, jangan katakan cinta kalau masih suka berbuat kemungkaran dan jangan katakan cinta kalau tidak sedikitpun terdetik untuk berbuat kebaikan dalam hatinya. Untuk itu, ada beberapa hal yang menjadi bukti seseorang itu memiliki cinta, dalam hal ini cinta kepada Alloh subhanahu wata’a

1.      Senantiasa menyebut-nyebut nama Nya.

مَا مِنْ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah suatu kaum berdzikir kepada Allah kecuali malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, ketenangan akan turun kepada mereka, dan Allah akan menyebut mereka —sebagai— bagian dari orang-orang yang berada di sisi-Nya."( Shahih: Ibnu Majah (3791))

Dengan menyebut namanya yakni berdzikir, bagi orang yang sudah diliputi rasa cinta, hatinya akan tenang. Adapun mengingat Alloh banyak caranya, baik yang muqayyad ataupun yang muqayyad. Salah satu contohnya adalah membaca kalimatut tayyibah, membaca al qur’an atau bahkan melihat kekuasan ciptaan Nya atau yang kita kenal dengan tadabur alam. Alloh usbhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ 
 
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal( al Anfal: 2).

Sungguh sayang, ada orang yang jika di Tanya apakah ia cinta Alloh dan kemudian di jawab “ya”, akan tetapi ia lalai dari mengingat Alloh. Lalainya dari mengingat Alloh membuatnya leluasa bermaksiat. Dunianya mengalihkannya dari mengingat Alloh, cinta kepada Alloh diganti menjadi kepada cinta yang semu yakni keindahan dunia, naudzubillah.

2.      Senang mengunjungi rumahnya

Hadirin rahimakumulloh, jika orang memiliki cinta kepada yang dicintainya belum cukup hanya sekedar menyebut namanya. Ia tidak puas dengan itu, ia ingin senantiasa bertemu dengannya. Adapun seorang hamba yang cinta kepada Alloh, ia selalu merindukan saat-saat terdekat dengannya. Tahukah anda? Kapan saat terdekat seorang hamba dengan Alloh? Tidak lain adalah ketika sedang sujud. 

Orang yang berikrar bahwa ia cinta Alloh, rindukah ia dengan rumah-rumah Alloh untuk mendekatkan diri? Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ كَانَ قَلْبُهُ مُعَلَّقًا بِالْمَسْجِدِ

Ada tujuh golongan yang Allah akan memberikan naungan-Nya kepada mereka. Di mana pada hari itutidak ada naungan lain selain naungan dari-Nya. Yaitu, seorang pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan senantiasa beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terpaut dengan masj'id
(Shahih: Al lrwa (887), Muttafaq alaih)

Alloh subhanahu wata’ala balas cinta hamba Nya dengan naungan di hari akhir nanti yakni panasnya padang mahsyar. Bagi mereka yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid, rindu untuk senantiasa mendatanginya, memakmurkannya dengan keta’atan-ketaatan. Sungguh merupakan merupakan salah satu tanda hari akhir adalah orang ramai-ramai membangun masjid kemudian setelah itu ditinggalkan, sepi dari jamaahnya. Di manakah mereka yang memiliki rasa cinta kepada Alloh? Tidakkah  mereka ingin mendekat kepada Alloh?

3.     Setia
Siapapun pasti tidak rela jika cintanya diduakan, cintanya ada yang menandingi atau bahkan tidak rela jika cintanya berpinda kepada cinta yang lainnya. Alloh subhanahu wata’ala tidak ridho jika hambanya berpaling dari mencintainya. Dalam istilah aqidah menduakan cinta kepada Alloh adalah syirik. Karena dalam istilah lain dari kamna cinta adalah penghambaan ataupun kepatuhan.

Alloh subhanahu murka jika hambanya memiliki sesembahan-sesembahan lain, padahal Alloh subhanahu wata’ala melimpahkan karunianya. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

اجْتَنِبُوا الْمُوبِقَاتِ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah hal-hal yang membinasakan yaitu menyekutukan Allah dan sihr."(HR.Bukhori)

syirik adalah perkara yang paling dibenci oleh Alloh subhanahu wata’ala. dengan syirik, ia menjadikan Alloh ada cinta-cinta lain selain kepada Nya. Dan dosa syirik adalah sebesar-besarnya dosa dan ia(syirik) adalah salah satu dosa yang tidak diampuni oleh Alloh.

انّ الله يغفر الذنوب الاّ ان يشرت به
sesungguhnya Alloh tidak mengampuni seluruh dosa kecuali dosa syirik

Sudah seharusnya kita buktika cinta kita kepada Alloh, cinta yang tulus penuh dengan ketundukkan. Pasrah kepada segala apa yang diinginkan Nya. Sungguh tidak layak jika lidah kita berucap cinta kepada Alloh, akan tetapi perilaku kita menunjukkan kepada apa-apa yang dibenci oleh Alloh. Kita tentu tidak mau dikatakan cinta kita palsu, cintanya hanya sebatas dibibir saja.





Senin, 18 November 2013

Selayang Pandang

 Oleh: Indra Kurniawan, S.Sos.I


Bismillahirrahmaanirrahiimi, puji syukur kehadirat Alloh subbhanahu wata'ala. Alloh subhanahu wata'ala menganugerahkan rahmat dan karunia Nya kepada hamba-hambanya yang beriman. seholawat serta salam tercurah kepada junjungan nabi besar muhammad habibul musthafa rosulullah sholalohu 'alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang istiqamah mengikuti jejaknya.

Pendidikan bagi anak adalh perkara penting yang harus didapat bagi benerasi muslim, terlebih zaman sekarang. Zaman di mana kondisinya sudah tidak sama lagi dengan dulu. Kondisi yang setiap sisi-sisi kehidupannya memunculkan fitnah bagi kaum muslimin terlebih bagi anak-anaknya.

Pesantren mini hadir mengisi perannya dalam hal pendidikan anak-anak kaum muslimin, mencoba mengambil bagian dalam rangka mengimbangi tuntutan zaman. Pentingnya pesantren mini adalah agar nantinya anak-anak kaum muslimin faham dalam urusan agamanya, dengannya ia memiliki benteng yang kuat untuk memblokir masuknya fitnah-fitnah zaman dari setiap arah.

Pesantren mini "al Firdaus" memiliki tiga program utama yakni; Tahfidzul qur'an, baca tulis Al qur'an dan bimbingan agama Islam. Ketiganya merupakan bekal yang sam-sama penting dalam Islam yang kiranya stiap anak-anak kaum muslimin harus miliki. Anak-anak yang menimba ilmu di pesantren mini ini diharapkan memiliki bekal dengan tiga kepintaran, pintar mengaji, pintar menghafal al qur'an dan pintar pula ilmu agamanya.

Bekerjasama dengan takmir masjid al Firdaus dan warga RW: 03 kelurahan Tlogo Prambanan Klaten, bersama-sama kami berkontribusi dengan perannya masing-masing, bersama-sama bahu membahu mencetak generasi yang shalih dan shalihah yang kemudian berbakti kepada kedua orang tua dan kepada negara.

Wallohu a'lam

Karakter Pendidikan Islam



OLeh: Indra Kurniawan, S.Sos.I

 
Kebutuhan ilmu adalah satu hal yang mendesak(dhoruriyat), terlebih di zaman yang penuh dengan tuntutan. Persaingan ketat membuat banyak orang yang lalai dari hal sangat penting ini(ilmu)di antara hal penting yang telah ada. Banyak orang yang fokus pada pencapaian-pencapain semu. Sehingga pencapaian tersebut manfaatnya sementara. Mereka berlomba-lomba dengan membabi buta, bahkan seringnya tidak peduli dengan norma-norma agama yang ada. Sehingga, apa yang telah dicapai tidak banyak menimbulkan maslahat akan tetapi justru membawa banyak mafsadat(kerusakan).

ada yang menyedihkan, ternyata disadari atau tidak pendidikan kita telah dicemari oleh metode barat. Sehingga, esensi dari pendidikan yang murni dengan ruh Islam luntur. Atau bahkan, justru pendidikan tersebut murni mengikuti metode-metode barat, shingga generasi-generasi “sekuler” setiap generasinya selalu bermunculan menghanyutkan harapan mencetak generasi rabbani. Perlu kita cermati, apa sebenarnya yang terjadi dengan pendidikan kita?

Mengenalkan keberadaan Alloh subbhanahu wata’ala
Penting, mengenal Alloh adalah pelajaran utama dan terutama bagi generasi Islam. Dari sinilah(ilmu mengenal Alloh) menjadi pondasi utama bagi setiap generasi yang akan melangkahkan kakinya untuk menaklukan peradaban. Peradaban  yang kokoh akan timpang manakala orang yang mengendalikan peradaban tersebut tidak kokoh dengan aqidah lurusnya aqidah. Sehingga, peradaban tersebut akan mengantarkan jurang kehancuran. Naudzubillah…
Generasi yang di dalam hatinya telah terpatri nama Alloh dan mengenalnya dengan segala hakikatnya, akan mampu menumbuhkan ketundukan total, ia akan terkontrol dalam setiap langkahnya. Baginya, Alloh adalah segala-galanya, mengawasi melindungi dan member solusi.
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14).

Mengenal Alloh dengan konsekwensinya mengandung unsur penjagaan terhadap syiar-syiar Islam, sehingga sekalipun zaman begitu deras menawarkan berbagai macam fitnah, ia tetap tegar di atas keyakinannya(dinul Islam) dan akhirnya mampu member kebaikan kepada seluruh ummat. Dengannya generasi Islam yang kokoh dengan keimanan kepada Alloh akan mampu menampilkan bahwa Islam adalah agam rahmat bagi seluruh alam.

Menumbuhkah kepercayaan diri
Sejarah mencatat, kemenangan demi kemenangan yang diraih para mujahidin di antara sebab kuatnya adalah memiliki kepercayaan diri. Kita lihat bahwa ketika hijrah ke Madinah, ketika itu Madinah adalh kota yang gersang. Apa yang diharapkan dari kota yang gersang? Mungkinkah kemenangan sebuah peperangan bisa diciptakan dari para prajurit yang tinggak dari sebuah kota yang gersang? Akan tetapi kepiawain baginda rosululloh dalam menumbuhkan kepercayaan diri para sahabatnya, mengantarkan pada sebuah kemenangan besar yakni perang badar.  Sebagai mana dikisahkan juga dalam hadits bahwa Thoriq bin Ziyad menjadi komando dalam sebuah pertempuran, ketika itu jumlah tidak memungkinkan untuk memenangkan pertempuran. Dengan lantang dan tegas serta kepercayaan diri yang penuh. Kecerdasan Thoriq bin Ziyad dan kepandaian berorasi, maka seluruh pasukannya berhasil dibangkitkan kepercayaan dirinya. Akhirnya, pertempupun berhasil dengan kemenangan yang gemilang. 

Dalam hal kesuksesan, kepercayaan diri merupakan suplemen yang sangat penting untuk membangkitkan semangat. Kepercayaan diri menjadikan seseorang mampu menguatkan jiwa seseorang dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapinya. Tanpa kepercayaan diri, seperti air yang mampu menjadikan bunga selalu segar, adapun tanpanya(air) bungan akan layu.

Untuk itu, sangat penting bagi anak untuk sejak dini ditanamkan kepercayaan diri, terlebih bagi generasi Islam. Dengan dimilikinya kepercayaan diri sejak dini, bukan tidak mungkin apa yang diimpikan setiap muslim yakni Islam menguasai dunia akan tercapai, karena telah tercetak anak-anak muslim sebagai generasi penerus perjuangan Islam yang telah memiliki bekal untuk menguasai perdaban berbekal kuatnya kepercayaan diri.

Menyedihkan namun, generasi saat ini telah teracuni budaya barat, film-film yang melemahkan jiwa semangat jihad. Parahnya lagi, anak-anak telah mengenal dunia percintaan yang pada dasarnya tidak layak untuk seusianya. Sadar atau tidak sadar,kita telah kalah jika tidak mau mengakuinya. Rongrongan pemikiran barat seolah sumbernya dari berbagai arah, kecil sekali bagi kita untuk menghindar dalam rangka melindungi anak-anak dari itu(konspirasi barat) kecuali mereka(orang tua) yang menyekolahkan putra-putrinya di Pesantren, dan itu adalah jalan terakhir pengamanan demi selamatnya aqidah.setiap anak.

Walhasil, penting kepercayaan diri adalah kunci keberhasilan setiap anak demi menggenggam dunia pada saatnya nanti. Kalaulah bukan berbekal kepercayaan diri, bagai mana akan memiliki kemauan untuk menaklukkan dunia. Tanpanya(kepercayaan diri) akan menjadikan generasi minder, malas untuk berinovasi dan bayangan-bayangan kegagalan menjadi penghambat kemajuannya.

Mengembangkan Potensi
Semua anak punya karakter yang berbeda-beda, dan secara bersamaan pula setiap anak memiliki potensi keahlian yang berbeda-beda pula. Sebagai mana dalam sebuah riwayat yang shohih jielaskan bahwa suatu hari ada orang badui bertanya kepada rosululloh,”wahai rosululloh, bisak ajarkan kepada saya cara bercocok tanam?” kemudian beliau menjawab,”engkau lebih tahu urusan duniamu”. 

Nah, kita sebagai pendidik terutama orang tua, sepatutnya harus memiliki kepekaan untuk membaca karakter anak-anak kita, apa kelebihan potensi yang dimiliki anak kita. Agar, kedepannya kita bisa tidak salah untuk memilihan tempat belajar mana yang seusia dengan apa yang diminati dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Sungguh indah jika, ada ilmuwan  akan tetapi ia sholih dan sholihah, dokter akan tetapi ia hafal al qur’an dan astronot akan tetapi dia faham al quran dan hadits, subhanalloh. Untuk itu, pentingnya pendidik yang mampu membaca karakyer anak adalah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak. Salah satu kuncinya adalah hendaknya bagi orang tua berilmu adalah modal utamanya. Bagai mana ia akan tahu karakter dasar anak-anaknya, sementara ia malam membaca, malas untuk menggali informasi dan malas membca kondisi perubahan zaman.

Menanamkan keluhuran akhlaq
Akhlaq adalah bekal bagi setiap orang untuk menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berbudi pekerti mulia. Apalah arti seorang yang dikatakan luas ilmu agamanya akan tetapi akhlaqnya tercela, apa artinya seorang ilmuwan akan tetapi bobrok akhlaqnya dan apa yang bisa diharapkan dari orang yang tidak bisa bergaul dengan akhlaq mulia. 

Dengan akhlaq, kapanpun, di manapun dan sampai kapanpun seseorang jika sudah memilkinya, dia akan dicintai siapapun, baik muslim maupun kafir. Akhlaq menjadi kunci suksesnya seseorang dalam bersosialisasi. Keberadaan akhlaq menjadi hiasan mahal bagi kepribadian setiap orang. Ia akan dicintai teman dan disegani lawan. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.( Q.S. Ali Imraan: 159).
Wallohu a’lam bishowabi